Rabu, 03 Agustus 2011

Mengatasi Kecanduan Main Game dan Menonton TV dengan membaca Buku Interaktif


Perkembangan tehnologi multimedia yang sangat pesat saat ini amat berpengaruh terhadap perkembangan anak terutama di wilayah perkotaan. Seringkali terlihat anak-anak kita setelah pulang sekolah mereka lebih banyak menghabiskan waktunya dengan mengunjungi warnet atau duduk di depan komputer untuk bermain game dibandingkan dengan tidur siang atau belajar/les. Hal ini tentunya terjadi karena kekurangan waktu yang orang tua miliki untuk mengawasi dan memberi arahan ke anak agar tidak menghabiskan waktu hanya untuk bermain game. Kalau kita amati ternyata anak-anak bisa bermain game di warnet lebih dari 2 jam bahkan bisa sampai sore hari baru mereka pulang ke rumah.

Di satu sisi positifnya adalah mereka tidak keluyuran di mall atau melakukan hal lain yang mungkin membahayakan untuk mereka, namun tetap saja bukanlah suatu yang kita inginkan apabila anak-anak kita menjadi kecanduan bermain game yang dapat membuat mereka lupa waktu, bahkan yang lebih parah adalah apabila permainan game yang ada (kebanyakan game yang disukai adalah game perang/war) merasuk ke otak mereka yang dapat menimbulkan sugesti kekerasan dalam diri mereka, seperti pengakuan Anders Behring breivik, orang yang bertanggung jawab atas kematian lebih dari 80 orang baru-baru ini di Norwegia. Berikut pengakuan nya : 

Anders Behring Breivik yang bertanggung jawab atas kematian 92 warga Norwegia akibat terror yang dilakukannnya akhir pekan lalu, menyebut video game populer Call of Duty: Modern Warfare 2 sebagai sarana latihannya.

Hal itu diungkapkan Breivik dalam manifesto 1500 halaman yang dipublikasikan secara online sebelum dia melakukan penyerangan di Kantor Perdana Menteri Norwegia dan di Pulau Utoya. Dalam manifestonya, pria 32 tahun menyebut dirinya sebagai ekstrimis sayap kanan yang anti ajaran Islam ini menulis bahwa Modern Warfare 2 adalah cara berlatih yang ideal sebelum mewujudkan rencana terornya.

"Simulasi dengan memainkan Call of Duty: Modern Warfare adalah alternatif latihan yang bagus, tapi Anda harus mencoba berlatih dengan senjata sungguhan jika memang bisa," demikian tulis Breivik dalam manifestonya sebagaimana dikutip Sydney Morning Herald, Senin (25/7/2011).

Selain Modern Warfare 2, Breivik mengaku bahwa dirinya juga sangat menyukai game populer lainnya, World of Warcraft (WoW). Dia bahkan menyebut game ini sebagai alibi terbaik bagi setiap orang yang memiliki rencana teror seperti dirinya. "Anda akan terkejut dengan banyaknya hal-hal yang bisa anda lakukan secara diam-diam dan menunjuk game ini sebagai kambing hitam," tulisnya.

"Jika rencana anda mengharuskan anda bepergian, katakan saja anda ingin mengunjungi salah satu teman bermain di WoW. Tidak akan ada pertanyaan lain yang akan diajukan jika anda memberi alasan ini," tambah Breivik.

Meski pemerintah Norwegia menegaskan bahwa teror yang dilakukan Breivik disebabkan oleh "sesuatu yang salah dalam dirinya", pengakuan ini tentu semakin mendukung dugaan kuatnya hubungan antara game bertema kekerasan dengan aksi-aksi teror yang kian sering terjadi dalam beberapa tahun terakhir.
(van) Okezone 24 Juli 2011
Gawat kan..? seorang dewasa seperti Anders Behring melakukan teror terinspirasi dari beberapa game war yang dimainkan.. bagaimana dengan anak-anak? tentunya pikiran mereka yang polos akan lebih mudah terkontaminasi/terinspirasi dengan game yang mereka mainkan bukan? disinilah perlunya kita sebagai orang tua untuk meminimalisir agar game yang anak-anak kita mainkan tidak membahayakan perkembangan mereka.

Selain game yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak adalah TV yang muatannya lebih banyak hal-hal yang tidak mendidik seperti sinetron yang penuh adegan dewasa dan kekerasan juga berita berita yang penuh dengan berita politik dan pembunuhan yang tentunya belum layak dilihat oleh anak-anak. Sangat diperlukan pendampingan dan arahan orang tua dalam menjelaskan mana yang layak anak-anak tonton dan tidak.

Sebagai orang tua yang tidak dapat memberikan 100% waktu kita untuk anak-anak karena kesibukan kita menafkahi mereka tentunya orang tua tidak dapat menghentikan keinginan mereka bermain game dan menonton tv karena hal itu juga adalah kebutuhan akan bermain dan informasi bagi anak. Namun agar mereka tidak sampai kecanduan salah satu alternatif yang dapat kita berikan ke mereka adalah dengan mengajak mereka gemar membaca.

Menurut Nyoman Indrawati dari Forum Eksekutif Mahasiswa seluruh Indonesia (FP BEM SI) berdasarkan penelitian Universitas Diponegoro (Undip), YPMA dan Unocef, anak-anak Indonesia menonton TV rata-rata 3,5 jam pada hari kerja dan 6 hingga 8 jam pada hari libur. Fakta tersebut dalam setahun bisa mencapau rata-rata 1600 jam. sementara waktu bersekolah hanya menghabiskan 800 jam. Salah satu cara untuk mengalihkan kebiasaan menonton TV yang isinya tidak mendidik adalah membaca buku yang muatannya lebih bermanfaat. Idealnya menonton TV untuk anak-anak adalah 2 jam sehari, selebihnya bisa digunakan untuk aktivitas lain. Okezone 24 Juli 2011.

Buku sebagai sarana mengatasi kecanduan main game dan menonton TV sangat banyak terdapat di toko buku namun sedikit yang menggabungkan tiga hal yang diperlukan oleh anak-anak yaitu Buku yang dapat mengembangkan Intelegensia (IQ), Spritual (SQ) dan emosional (EQ). Untuk memenuhi kebutuhan akan buku yang memenuhi 3 hal tsb diatas, Ensiklopedia Anak Pintar hadir sebagai Buku Interaktif yang Insya Allah dapat membuat anak lebih tertarik membaca buku karena muatan yang ada di dalamnya tidak membosankan bagi anak-anak dan orang tua. Ensiklopedia Anak Pintar juga dapat mendekatkan hubungan orang tua dengan anak karena orang tua/guru dapat mendampingi/berinteraksi dengan adanya laboratorium, kuis, renungan ayat Alquran dan bonus boardgame yang dapat dimainkan oleh keluarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar